Anosmia, Indikasi Gejala Covid-19

Anosmia, Indikasi Gejala Covid-19

Anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman merupakan salah satu indikasi yang mengarah ke gejala khas penderita Covid-19. Biasanya gejala anosmia hanya berlangsung sementara waktu. Hal itu menjadi pertanda baik bagi penderita Covid-19 karena mayoritas penderita Covid-19 yang mengalami anosmia memiliki gejala ringan karena kadar antibodi yang lebih tinggi membatasi penyebaran virus ke hidung.

 

Penjelasan Mengenai Anosmia

Anosmia menjadi salah satu indikasi gejala paling khas yang dialami penderita Covid-19. Seseorang yang terpapar virus corona biasanya mengalami beberapa gejala seperti diare, demam, hingga batuk. Namun sebagian penderita Covid-19 yang lain ada yang termasuk OTG atau orang tanpa gejala. Anosmia kerap dialami penderita flu biasa, namun anosmia bisa jadi akan lebih parah pada penderita Covid-19.

Penyebab anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman dapat dialami penderita Covid-19 karena disebabkan oleh adanya protein yang terdapat pada permukaan beberapa sel manusia. Protein tersebut merupakan sel-sel yang bisa ditemukan pada hidung, paru-paru, jantung, tenggorokan, dan usus dan dapat mengikat virus corona dengan mudah.

Protein yang dimaksud adalah ACE-2 atau Angiotensin Converting Enzyme II dan merupakan sejenis enzim dengan bentuk tertentu. Protein ACE-2 dirancang guna mengambil hormon angiotensin lalu mengubahnya menjadi protein ACE-2 yang dapat digunakan oleh tubuh dalam berbagai hal, salah satunya adalah mengatur tekanan darah. Namun, ACE-2 bisa mudah berikatan dengan virus corona.

Tingkat protein yang terdapat dalam jaringan di bagian belakang hidung atau epitel olfaktorius digunakan untuk melakukan deteksi terhadap bau. Jumlahnya sangat tinggi, yakni antara 200-600 kali. Sel-sel yang mendukung penciuman tersebut berguna untuk memelihara serta melindungi neuron halus yang terdapat pada hidung sebagai pendeteksi bau dan pemberi sinyal informasi ke otak.

Ketika sel manusia terinfeksi oleh virus, maka sel-sel tersebut menghancurkan diri atau disebut dengan pyroptosis sebagai upaya untuk menggagalkan virus yang menempel pada sel. Oleh karena itu, kemungkinan besar sel pendukung yang terdapat pada penciuman menghancurkan dirinya sendiri sehingga menyebabkan neuron sensorik mati serta kemampuan indra penciuman hilang.

 

Sampai Kapan Anosmia Berlangsung?

Tim ilmuwan yang berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas John Hopkins melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap penderita Covid-19 yang telah sembuh. Tim ilmuwan tersebut menemukan bahwa perlahan demi perlahan neuron sensorik mulai kembali lagi. Akan tetapi efek jangka panjang dari gejala anosmia belum diketahui secara pasti.

Setelah kemampuan indra penciuman kembali, beberapa penderita Covid-19 mengalami parosmia atau mencium bau yang menyimpang. Parosmia tersebut mereka rasakan selama berbulan-bulan. Parosmia jangka panjang akibat anosmia yang dialami oleh penderita Covid-19 bisa menjadi permanen. Akan tetapi penderita Covid-19 harus tetap optimis fungsi indra penciuman mereka dapat kembali normal.

Pemulihan anosmia membutuhkan waktu sekitar 1-3 minggu, namun beberapa penderita Covid-19 membutuhkan pemulihan anosmia yang lebih lama. Hal ini mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada epitelium olfaktorius yang lebih berat dan lebih luas. Sehingga terjadinya anosmia pada penderita Covid-19 disebabkan oleh kerusakan sel sustentakuler.

 

Anosmia, Indikasi Gejala Covid-19

 

Penyebab Anosmia pada Penderita Covid-19

Pada umumnya, penyebab anosmia adalah adanya penyumbatan atau pembengkakan pada rongga hidung yang membuat saraf di dalam hidung tidak dapat mendeteksi aroma atau bau tertentu. Anosmia juga disebabkan oleh adanya masalah pada sistem saraf yang berguna sebagai pendeteksi aroma maupun bau. Meskipun sebenarnya penyebab pasti anosmia pada penderita Covid-19 belum diketahui.

Akan tetapi diduga gejala anosmia tersebut terjadi akibat adanya peradangan pada rongga hidung saat virus corona terhirup masuk ke dalam tubuh penderita Covid-19 melalui hidung. Ketika virus corona melewati rongga hidung, maka virus tersebut menyerang sistem saraf di dalam hidung yang fungsinya adalah sebagai indra penciuman. Sehingga gangguan ini yang diduga menjadi penyebab anosmia.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, gejala anosmia pada penderita Covid-19 muncul di masa awal infeksi. Biasanya gejala anosmia akan mengalami pemulihan dalam waktu 28 hari. Gejala anosmia yang dialami penderita Covid-19 kerap disertai dengan gangguan pada indra pengecap atau dysgeusia seperti mulut yang terasa asin, pahit, asam, maupun terasa seperti logam.

Ketika penderita Covid-19 mengalami dysgeusia, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah nafsu makan hilang sehingga berat badan menurun. Apabila gejala anosmia yang terjadi semakin parah, maka akan semakin buruk pula gangguan dysgeusia atau indra pengecap. Sehingga gejala anosmia memiliki keterikatan dengan gangguan pada indra pengecap.

 

Ciri-ciri Gejala Anosmia

Gejala anosmia pada penderita Covid-19 berbeda dengan gejala anosmia yang dialami penderita flu biasa. Karena virus corona yang masuk melalui rongga hidung akan membuat kemampuan mencium aroma atau bau pada organ penciuman berkurang dan hal tersebut terjadi secara tidak langsung. Virus mempengaruhi fungsi sel-sel pendukung, bukan pada sirkuit penapasan secara langsung.

Gejala tersebut akan terjadi selama penderita terpapar Covid-19 secara terus-menerus. Ketika sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, maka saraf penciuman tidak perlu diperbaiki atau dibangun dari awal. Biasanya gejala neurologis inilah yang pertama kali dirasakan oleh penderita Covid-19. Gejala anosmia menjadi ciri-ciri yang paling mudah diprediksi apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Karena gejala lainnya seperti batuk, demam, dan lain sebagainya merupakan gejala yang mirip dengan gejala flu biasa. Beberapa ciri-ciri gejala anosmia antara lain:

  1. Nafsu makan mulai menghilang akan tetapi masih dapat makan dengan baik walaupun tanpa bisa mencium aroma dan tanpa bisa merasakan makanan.
  2. Berat badan mengalami penurunan akibat menghilangnya nafsu makan.
  3. Kondisi hidung dalam keadaan baik. Maksudnya adalah hidung tidak sedang mampet akibat pilek maupun penyakit lainnya yang membuat lubang hidung tersumbat.
  4. Hidung tidak peka dengan aroma menyengat dan kerap disertai dengan hilangnya kemampuan indra perasa.

 

 

Pertolongan Pertama Ketika Mengalami Gejala Anosmia

Gejala anosmia bisa saja terjadi akibat adanya infeksi bakteri atau virus selain Covid-19, benda asing yang masuk ke rongga hidung, rhinitis alergi, gangguan hormon, gangguan psikis, gangguan syaraf, efek samping pengobatan, sinusitis, rhinitis vasomotor, atau gangguan medis yang lain. Berikut pertolongan pertama yang bisa dilakukan saat mengalami anosmia:

  1. Melakukan irigasi pada hidung menggunakan cairan NaCl.
  2. Tidak menggunakan kipas angin dan AC berlebihan.
  3. Meningkatkan imunitas dengan istirahat yang cukup.
  4. Rutin berolahraga.
  5. Selalu menggunakan masker dan menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain.
  6. Menjalani diet sehat dengan makanan yang banyak mengandung vitamin C dan antioksidan yang lainnya.

 

Kesimpulannya, gejala anosmia adalah hilangnya kemampuan indra penciuman saat mencium aroma atau bau. Gejala anosmia bisa terjadi pada penderita flu biasa. Akan tetapi perbedaannya yakni anosmia pada penderita flu biasa disebabkan oleh pilek yang disebabkan karena hidung tersumbat. Sedangkan anosmia pada penderita Covid-19 terjadi ketika kondisi hidung sedang baik-baik saja.

Back to blog